Tokoh Masyarakat Desa Oebo Tak Lagi Diundang Rapat, Kritik Pembangunan Diduga Jadi Alasan - WARTA GLOBAL NTT

Mobile Menu

Pendaftaran

Klik

More News

logoblog

Tokoh Masyarakat Desa Oebo Tak Lagi Diundang Rapat, Kritik Pembangunan Diduga Jadi Alasan

Saturday, 5 July 2025
WARTAGLOBAL.ID || NTT.
Dua tokoh masyarakat terkemuka di Desa Oebo, Kecamatan Kuanfatu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Bapak Esrom Toineno dan Bapak Peter Sae, mengaku telah "dipinggirkan" dari berbagai pertemuan resmi desa. Keduanya menduga bahwa alasan di balik pengucilan ini adalah kritik tajam yang sering mereka lontarkan terkait transparansi dan realisasi program pembangunan di desa tersebut.

Bapak Esrom Toineno menjelaskan kepada tim kami bahwa sejak tahun 2022, Desa Oebo telah merencanakan berbagai program pembangunan ambisius, meliputi pemasangan lampu jalan, pengadaan jaringan fiber untuk rumah tangga, pembangunan satu unit WC untuk setiap lima kepala keluarga (KK), dan pembangunan kolam ikan di setiap Rukun Tetangga (RT). Namun, hingga saat ini, program-program tersebut dinilai belum menunjukkan hasil yang konkret.
"Waktu itu kami rapat dan membahas semua itu, tapi sekarang tidak ada kejelasan. Kolam-kolam yang sudah digali malah ditutup karena tidak aman untuk anak-anak," ujar Bapak Toineno.

Menurut keterangan kedua tokoh, kolam-kolam ikan yang sempat digali kini terbengkalai dan dibiarkan begitu saja. Kondisi ini membuat warga terpaksa menutupnya sendiri karena khawatir akan menjadi genangan air yang berbahaya bagi anak-anak yang bermain di sekitarnya.

Kritik yang disampaikan oleh Bapak Esrom dan Bapak Peter tampaknya memicu konsekuensi administratif. Mereka mengungkapkan bahwa dalam rapat-rapat desa berikutnya, nama mereka tidak lagi tercantum dalam daftar undangan, bahkan untuk pertemuan-pertemuan penting yang membahas isu pembangunan.
"Kami bicara bukan untuk kami pribadi, tapi untuk masyarakat. Tapi karena kami bicara terlalu jujur, sekarang sudah tidak diundang lagi," kata Bapak Peter Sae, menegaskan alasan di balik ketidakhadiran mereka.

Selain sorotan terhadap program pembangunan, kedua tokoh ini juga menyoroti ketidakjelasan distribusi bantuan yang bersumber dari dana desa, seperti bantuan empat ekor sapi dari Alokasi Dana Desa (ADD) yang hingga kini tidak diketahui siapa penerimanya. Begitu pula dengan proyek penanaman pohon yang, menurut mereka, hanya sebatas janji tanpa realisasi nyata di lapangan.

Bapak Esrom Toineno mengenang pernah menyampaikan dalam salah satu rapat bahwa program-program besar yang direncanakan harus disesuaikan dengan kemampuan dasar desa. Ia bahkan sempat menyindir, "Untuk membeli bendera saja belum mampu, bagaimana mau bangun kantor desa dua lantai."

Keduanya juga menyatakan kekecewaan mereka terhadap kunjungan petugas Inspektorat ke desa. Mereka menyayangkan bahwa hasil dari inspeksi tersebut tidak membawa dampak signifikan terhadap proyek-proyek yang terbengkalai.
Bapak Esrom dan Bapak Peter kini hanya bisa berharap agar ada pihak berwenang atau pihak yang peduli yang bersedia datang dan memeriksa langsung kondisi pembangunan di desa mereka. Mereka menekankan pentingnya transparansi, evaluasi, dan keberlanjutan pembangunan yang benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

"Kami hanya ingin kejelasan. Jangan ada program baru sebelum program lama selesai. Jangan rakyat hanya dijadikan pendengar janji," tutup Bapak Toineno, mewakili harapan banyak warga Desa Oebo yang mendambakan pembangunan yang transparan dan akuntabel.

Editor: Roy Saba 

Kontributor: Warga Desa Oebo

KALI DIBACA

No comments:

Post a Comment